Jumat, 27 September 2013

Kesabaran Khansa dan Asma binti Umais

Wanita muslimah hendaknya mentaati perintah Allah SWT. dan meridhoi ketentuan-Nya. keadaan ini merupakan tanda keimanannya., ketakwaannya dan ketaatannya yang paling besar. Wanita muslimah menyadari betapa pentingnya petunjuk Allah SWT. Petunjuk-Nya mengajaknya agar selalu ridho dan menerima apa pun yang terjadi dalam hidupnya, baik maupun buruk. Keridhoan ini merupakan kebaikan baginya dalam keadaan apapun. Wanita muslimah adalah wanita yang berhati tegar, meyakini bahwa apa saja yang menimpa dirinya dalam kehidupan ini bukanlah suatu kesalahan. segalanya berdasarkan qada dan dadar Allah SWT. Oleh karna itu, lidahnya mengucapkan alhamdulillah dan bersyukur kepada Allah SWT, karena ia menimpanya, maka dia akan bersabar mengahadapinya dan berharap pahala dari Allah SWT atas segala kesabarannya. 

Seperti yang di lakukan Khansa, seorang wanita yang mendorong anak-anaknya untuk ikut dalam peperangan. Anak-anaknya ikut dalam peperangan itu dan Allah SWT mengaruniai mati syahid kepada keempat anaknya. setelah perang usai, berita kematian anak-anaknya sampai kepada Khansa. saat mendengar kematian anak-anaknya dijalan Allah AWT, Khansa bersyukur seraya berkata "Alhamdulillah, terima kasih ya Allah, yang telah memberikan kemuliaan kepadaku dengan kematian keempat anakku, dan aku berharap semoga mereka berada dalam rahmatmu."

Sama halnya dengan Asma binti Umais. ia langsung menuju tempat shalat memohon kesabaran dan ketabahan ketika mendengar kabar duka yang datang bertubi-tubi kepadanya. mendengar kematian suaminya yang pertama, Ja'far bin Abu Talib, di susul suaminya yang kedua Abu Bakar As-Siddiq dan di ikuti putranya, Muhammad bin Abu Bakar. (Dr. Muhammad Ali Al-Hasyimi, Syakhsiyyah Al-Mar'ah Al-Muslimah, 1996 : 67).

Kamis, 05 September 2013

Wanita Dituntut Bersabar dan Bersyukur Dalam Setiap Keadaan

Dalam ayat ini Allah menyatakan dengan tegas, bahwa setiap makhluk-Nya yang hidup atau bernyawa pasti akan merasakan mati. tidak ada satu pun yang kekal kecuali Dia sendiri. berkenaan dengan hal ini, Allah berfirman dalam ayat yang lain "Segala sesuatu pasti binasa kecualali Allah." (QS AL-Qasas 28:88).

Sealanjutnya dalam ayat ini Allah menjelaskan cobaan yang ditimpakkan-Nya kepada manusia tidak hanya berupa hal-hal yang buruk atau musibah yang tidak di senangi. bahkan juga ujian tersebut dapat pula berupa kebaikan atau keberuntungan. apabila ujian itu berupa musibah, tujuannya adalah untuk menguji sikap dan keimanan manusia. apakah ia sabar da tawakal dalam menerima cobaan itu. apabila cobaan itu berupa suatu kebaikan, tujuannya adalah untuk menguji sikap mental manusia, apakah ia mau bersyukur atas segala rahmat yang dilimpahkan Allah kepadanya. 

Jika seseorang sabar dan tawakal dalam menerima cobaan atau musibah serta bersyukur kepada-Nya dalam menerima suatu kebaikan dan keberuntungan maka ia ter,asuk orang yang memperoleh kemenangan, memiliki keimanan yang kuat dan mendapat kerdhaan-Nya. sebaliknya, apabila keluh kesah dan keimanannya rusak dalam menerima cobaan Allah, atau lupa daratan ketika menerima rahmat-Nya sehingga ia tidak bersyukur kepada-Nya, maka orang tersebut termasuk golongan manusia yang merugi dan jauh dari ridha Allah. inilah yang dimaksudkan dalam firman-Nya pada ayat lain "Sungguh, manusia diciptakan suka mengeluh. apabila di timpa kesusahan, dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan (harta), dia jadi kikir, kecuali orang-orang yang melaksanakan shalat." (QS Al-Ma'arij 70: 19-22).

Simpulan dari ayat ini ialah setiap makhluk yang bernyawa pasti merasakan mati. cobaan dari Allah adakalanya berupa musibah atau malapetaka dan adakalanya berupa rahmat atau kebaikan. (Departemen Agama RI, Al-Quranulkarim wa Tafsiruhu, Jilid 5, 2009:258).

Minggu, 01 September 2013

Jadilah Wanita yang Berpemahaman Rabbani

Muhammad bin Ishaq meriwayatkan dari Ibnu Abbas Ra. ia berkata "Ketika para pendeta Yahudi dan Nasrani dari penduduk Najran berkumpul di tempat Rasulullah SAW. mereka di ajak masuk islam. Abu Rafi' Al-Qurazi berkata "Wahai Muhammad apakah engkau menginginkan kami menyembahmu sebagaimana orang-orang Nasrani itu menyembah Isa bin Maryam?" lalu seseorang dari penduduk Najran yang menganut agama Nasrani  yang bernama Ar-Ra'is berkata "Wahai Muhammad, apakah itu yang engkau kehendaki dari kami?" Rasulullah SAW menjawab "Aku berlindung kepada Allah dari menyembah selain-Nya atau menyuruh menyembah selain-Nya. bukan untui itu Allah mengutusku dan bukan itu pula yang Dia perintahkan padaku." karna ucapan mereka ini lah ayat ini turun.

Hasan Al-Basri berkata "Tidak pantas bagi seorang Mukmin menyuruh manusia menyembah dirinya. yang demikian itu karna ada suatu kaum yang sebagian merekamenyembah sebagian lainnya, yaitu ahli kitab. mereka menyembah para pendeta dan rahib mereka."

Hal ini berbeda dengan para rasul dan para pengikutnya dari kalangan ulama yang konsisten. mereka hanya menyuruh kepada apa yang diperintahkan Allah serta apa yang di sampaikan oleh para Rasul-Nya yang mulia. Ibnu Abbas , Abu Razin, dan ulama lainnya berkata "Jadilah orang-orang yang bijak, berilmu dan bersabar." namun, Al-Hasan Ra. dan ulama lainnya berkata " Jadilah Fuqaha (orang-orang yang paham tentang agama)."

Diriwayatkan pula dari Hasan Ra. bahwa maknanya adalah 'Ahli Ibadah' dan 'Ahli Taqwa' Ad-Dahak berkata "Hal yang wajib bagi orang-oranng mempelajari Al-Quran adalah menjadi seorang yang faqih, yakni orang yang memahami maknanya."

para nabi memerintahkan untuk beriman kepada Allah SWT. semata, yang tiada sekutu bagi-Nya. sementara, orang yang menyeru kepada selain Allah berarti telah mengajak pada kekafiran. (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quranil'Azim, Jilid 1, 1996:385).